Dress for Success

Dress for Success

Adalah benar bahwa “Anda adalah apa yang anda kenakan!!”, terutama saat anda diundang untuk wawancara kerja.

DRESS FOR SUCCESS
Get Instant followers

Get Instant Followers

Mendapatkan followers Twitter dengan mudah dan Instan ingat " MUDAH DAN INSTAN ". check link berikut FOLLOWERS INSTANT DAN MUDAH

GET INSTANT FOLLOWERS
Voluptates repudiandae kon

Hacker Wanita Tercantik

Hacking, dunia bawah tanah keras dan terselubung. Kebanyakan ahli-ahli dalam bidang hacking didominasi oleh kalangan pria. Tapi, siapa sangka ternyata wanita juga banyak ambil bagian dalam dunia ini.

Hacker Wanita Tercantik
Hacker Wanita Tercantik

AKHIRNYA MANUSIA DAPAT MASUK KE DALAM TV

Ketika kita masih anak-anak kita selalu bermimpi untuk masuk ke dalam TV dan memainkan Adegan yang berlangsung, Seperti di Film Willy Wonka. Penemuan Baru, Prototipe Eksperimen dari Jayne Vidheecharieb seoarang mahasiswa pascasarjana di Media Design at the Art Center College of Design

AKHIRNYA MANUSIA DAPAT MASUK KE DALAM TV
Tampilkan postingan dengan label Education. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Education. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 Desember 2011

Wiiiih serem nih kawan2, setan itu benar2 eksis!!!
dan mata jahatnya bisa melihat kalian dari langit, saya bisa beranggpan beitu karena tidak mungkin kan tuhan menampakan wujud mata di langit !!! jadi saya bisa menyimpulkan kalo ini adalah mata SETAN !!! atau  bisa jadi ada kontes mata setan di langit  iya kan ... Mata Setan Di Langit



Bagi saya itu terlihat sebagai mata jahat, terlihat dari bentuk tekstur merah yang cerah di tambah efek cahaya putih samar2, hiii atut.
Tapi kenyataanya ini bukan foto mata setan, foto ini di ambil di daerah pusat NGC 4151, yaitu galaxy spiral yang berjarak 43 tahun cahaya dari bumi, galaksi ini juga termasuk galaksi yang paling dekat dari bumi dengan spermassive black hole yang aktif.

Foto ini adalah komposit yang terbuat dari X-ray (biru) dari Chandra X-ray Observatory dikombinasikan dengan data optik (kuning) dari Teleskop Kapteyn 1-meter di La Palma dan observasi radio (merah) oleh National Science Foundation's Very Large Array.

Menurut NASA, aktivitas sinar-X intensif ini "mungkin itu disebabkan oleh ledakan yang di dukung oleh lubang hitam supermasif yang terletak di white area di pusat galaksi." Pengamatan galaksi ini membawa banyak informasi besar tentang bagaimana lubang hitam supermasif berinteraksi dengan materi di sekitarnya ...

* saya suka yang ini 



" Inilah mata Tuhan " adalah nama populer dari gambar ini, tapi ini bukanlah nama yang diberikan oleh NASA. Nama aslinya adalah NGC 7293 atau Helix Nebula, ini adalh sisa-sisa bintang yang pada akhirnya akan menjadi kumpulan putih. Gambar komposit ini di ambil dari the Hubble's ACS instrument dan gambar dari kamera Mosaic pada WIYN 0.9-m Telescope di Nasional Kitt Peak Observatory, di pegunungan Quuensland yang terletak di gurun Sonora Arizona.
 
 
Bagi yang ingin mengerti lebih jauh tentang perkembangan science selanjutnya mari ikuti terus postingan saya selanjutnya ... hahahah ( Mata Setan di langit
 
Diposting oleh Unknown

Rabu, 30 November 2011




Apabila kalian bertekad untuk kuliah dan berhasil ( kayak foto di atas ), sementara kemampuan
Ekonomi sangat tidak memungkinkan, kalian tidak boleh cemas & putus asa dulu, apalagi
sampai berfikir untuk tidak kuliah. Modal kuliah yang paling besar
adalah TEKAD YANG KUAT. Ada beberapa langkah yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kekurangan biaya, yaitu antara lain :

1. Membandingkan jurusan-jurusan yang dipilih di beberapa
perguruan tinggi, lalu dipilih yang biayanya paling murah. 

 Akantetapi jangan lupa untuk tetap melihat kualitas jurusan dan perguruan
tinggi tersebut. Apabila pilihan Jurusan atau Program Studi sesuai
dengan minat di perguruan tinggi yang diinginkan maka berarti tidak
ada pilihan bahwa biaya kuliah harus sesuai dengan Jurusan atau
Program Studi pilihan itu. Tapi tidak usah takut, MASALAH BIAYA
PASTI ADA SOLUSINYA, diantaranya adalah dengan beasiswa.
Untuk saat ini ada banyak lembaga swasta, institusi pemerintah atau
perseorangan yang memberikan bantuan beasiswa, bahkan secara full
alias penuh selama kuliah bahkan kadang-kadang ada juga yang
sekalian memberi biaya hidup juga ! enak bukan, tanpa ada ikatan lagi.

2. Memilih jurusan yang disubsidi atau diberi fasilitas beasiswa. 
  
Di beberapa perguruan tinggi biasanya ada jurusan tertentu yang diberi
fasilitas beasiswa. Namun biasanya jurusan ini menuntut kemampuan
yang lebih dibandingkan dengan jurusan yang lain, karena jurusan ini
biasanya mempunyai kekhususan-kekhususan seperti bahasa yang
dipergunakan dalam perkuliahan adalah bahasa asing dan seleksi
penerimaan mahasiswa lebih ketat terutama dalam masalah nilai ijazah
& raport sewaktu SLTA serta hasil ujian masuk. Pembukaan jurusan
khusus dengan fasilitas beasiswa ini biasanya tidak selamanya,
tergantung kebutuhan serta kebijakan pimpinan perguruan tinggi yang
bersangkutan.

3. Dispensasi biaya pendaftaran dan biaya kuliah (SPP) di
perguruan tinggi.

Langkah lain yang dapat diambil sebelum masuk
kuliah adalah dengan menanyakan ke perguruan tinggi tempat kita
akan kuliah tentang dispensasi biaya pendaftaran dan biaya kuliah di
perguruan tinggi yang bersangkutan. Saat ini perguruan tinggi rata-rata
menyediakan fasilitas keringanan biaya pendaftaran dan SPP kuliah.

4. Memilih kuliah kedinasan atau kuliah ikatan dinas. 

 Pilihan lainyang dapat dilakukan adalah dengan kuliah ikatan dinas di akademi
atau sekolah tinggi tertentu. Kuliah dengan sistem ikatan dinas ini
biasanya setelah selesai kuliah langsung ditempatkan kerja. Selain itu,
biasanya kuliah ikatan dinas ini tidak bayar uang kuliah alias gratis,
bahkan diberi uang saku.

5. Kuliah dengan Program Beasiswa.  

Saat ini banyak lembaga, baik
lembaga pemerintah maupun swasta, yang menawarkan program
beasiswa penuh selama kuliah. Beaasiswa-beasiswa ini biasanya tanpa
ada ikatan apapun.
Bagi yang ingin kuliah tapi tidak bias tetaplah semangat , bertekadlah untuk menjadi sukses di masa depan , tunjukan pada orang tuamu bahwa kalian adalah orang yang hebat ……

Kherrswork.blogspot.com    

e-mail : kherry23@gmail.com
www.google.com
ww.bing.com
www.yahoo.com



Diposting oleh Unknown

  Setiap anak dipercaya memiliki bakat sendiri-sendiri. Namun bakat anak ini tidak bisa langsung terlihat begitu saja. Karenanya orang tua harus mengenali dan memahami bakat yang dimiliki anaknya. Dengan memahami bakat anak, akan lebih mudah dan terarah dalam mengembangkannya.
Memahami bakat anak merupakan langkah awal dalam membantu anak meraih masa depannya. Tetapi tahukah kita batasan-batasan tentang keberbakatan itu sendiri dan apa tantangan yang dihadapai dalam mengarahkannya? Apakah anak kita benar berbakat di bidang tertentu atau tidak? Apa yang orang tua dapat lakukan untuk mengenali dan mengembangkan bakat anaknya. Dan apa yang harus diwaspadai agar usaha yang kita lakukan tidak berbuah simalakama. Terlalu ngoyo dalam mendorong salah, tidak didorong pun juga salah. Karena itu penulis mengajak anda untuk menyimak hal-hal yang mendasar tentang keberbakatan ini.
Beberapa pakar psikologi memberikan pengertian tentang anak berbakat:
  1. Tannenbaum memandang keberbakatan dari empat klasifikasi yaitu kelangkaan, keunggulan (mengacu pada sensibilitas serta sensitivitas yang lebih tinggi), kuota (keterbatasan jumlah individu yang memiliki keterampilan) dan anomali.
  2. Renzulli berpendapat bahwa seseorang bisa dikatakan berbakat jika ia menunjukkan kemampuan diatas rata-rata, melakukan hal-hal yang kreatif dan memiliki tekad dalam melaksanakan tugasnya.
  3. Damon berpendapat bahwa bakat sangat dibutuhkan untuk berprestasi tinggi. Namun untuk berprestasi tinggi, bakat harus dikembangkan dengan kerja keras, keuletan serta latihan.

        Pada dasarnya ketiga pakar tersebut setuju bahwa untuk mengembangkan bakat seseorang diperlukan pengakuan dan perhatian, pemberian kesempatan mengembangkan minat, kerja keras, keuletan serta latihan terus menerus. 
Namun ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam mengarahkan bakat ini:
  1. Sulitnya menemukan/menentukan bakat mana yang harus dikembangkan atau bakat apa yang sesungguhnya dimiliki oleh anak.
  2. Setiap individu adalah unik karena itu setiap bakat perlu memperoleh perhatian khusus.
  3. Perubahan sistem pendidikan. Perubahan yang terlalu sering dapat menghambat proses belajar dilain pihak perubahan yang terlalu lambat akan terlalu banyak menunda perkembangan bakat anak.
  4. Intervensi sosial (sekolah). Disiplin kelas dan prinsip egalitarian yaitu pemerataan terhadap semua siswa dengan harus mengikuti kegiatan yang sama namun tidak diminati anak.
  5. Ketidak seimbangan evaluasi. Pandangan umum yang memandang keberbakatan berdasarkan skor IQ. Padahal IQ tidak menggambarkan bakat musik atau bakat olahraga seseorang. Sekolah sering kali menggolongkan anak yang berprestasi sebagai anak yang memperoleh nilai pelajaran yang baik. Akibatnya sekolah kurang memberikan perhatian kepada anak yang memiliki bakat yang tak terukur oleh standar IQ. 
Jenis-jenis Bakat dan Kepandaian
1. Kinetik Fisik (Bodily Kinesthic
Bakat dalam menggunakan badan untuk memecahkan masalah dan mengekspresikan ide serta perasaan. Ciri-cirinya: Menonjolkah i` dalam olahraga tertentu? Apakah ia tidak bisa duduk diam untuk waktu yang lama? Pandaikah ia menirukan gerakan badan atau wajah orang lain? Tangkaskah ia dalam kegiatan yang membutuhkan ketrampilan tangan, seperti origami (melipat kertas gaya jepang), membuat pesawat dari kerta, melukis, bermain dengan tanah liat, atau merajut? Apakah ia dapat menggunakan badannya dengan baik untuk mengekspresikan dirinya?
2. Bahasa (Linguistic)
Bakat untuk menggunakan kata-kata, baik oral maupun verbal, secara efektif. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu menetukan apakah anak berbakat di bidang ini atau tidak. Apakah ia bisa menulis lebih baik dari anak seusianya? Sukakah ia bercerita atau membuat lelucon? Sukakah ia membaca buku? Apakah ia bisa mengeja lebih baik dari anak seusianya? Apakah ia dapat mengkomunikasikan pikiran, perasaan dan idenya secara baik.
3. Logika dan Matematis (Logical-Mathematical)
Bakat untuk mengerti dan menggunakan angka secara efektif, termasuk mempunyai kemampuan kuat untuk mengerti logika. Ciri-cirinya: Apakah ia tak hentinya ingin tahu bagaimana alam dan benda-benda bekerja? Apakah ia suka bermain dengan angka? Sukakah ia akan pelajaran matematika di sekolah? Sukakah ia bermain dengan permainan asah otak seperti catur? Sukakah ia mengelompokkan benda-benda?
4. Musikalitas (Musical)
Bakat untuk memahami musik melalui berbagai cara. Dibawah ini adalah beberapa pertanyaan yang membantu untuk menentukan apakah anak menunjukkan bakat musik yang menonjol: Pandaikah ia dalam menghafal lagu dan menyanyikannya? Dapatkah ia bermain alat musik? Sensitifkah ia terhadap suara-suara di sekitarnya? Apakah ia suka bersiul atau menggumam lagu?
5. Pemahaman Alam (Naturalist Intelligence)
Mengenali dan menggolongkan dunia tumbuhan dan binatang, termasuk dalam memahami fenomena alam. Ciri-cirinya: Sukakah ia berceloteh mengenai binatang kesayangannya atau tempat-tempat yang disukainya? Sukakah ia bermain di air? Apakah ia suka ke kebun binatang, taman safari atau kebun raya? Apakah ia bermain dengan binatang peliharaannya? Apakah ia suka mengoleksi kumbang, bunga, daun atau benda-benda alam lainnya?
Peran Sekolah dan Keluarga
            Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang diharapkan dapat membantu anak-anak mencapai prestasi pendidikan yang baik. Namun disamping sekolah orang tua memiliki peran yang sangat berarti dalam mengembangkan bakat anak. Dipercaya bahwa adanya peran pengasuhan yang baik cenderung membuka peluang lebih besar bagi anak-anak untuk mengembangkan bakatnya sesuai dengan minat anak. Peran pola asuh keluarga yang dilandasi kasih sayang, dan disertai pemberian stimulasi (perangsangan) yang cukup dan sesuai dipercaya dapat melahirkan anak-anak yang berbakat.
            Kerja sama antara sekolah dan orang tua sangat dibutuhkan. Para orang tua bagi anak-anak yang berprestasi tinggi memberikan pola asuh yang baik disertai kehangatan, selanjutnya para guru memberikan pelatihan yang baik.
Apa yang orang tua bisa lakukkan di rumah:
  • Patoklah prestasi akademis yang tinggi namun realistis buat anak.
  • Tanamkanlah rasa optimis kepada mereka bahwa mereka bisa mencapainya.
  • Bicara dan bermain dengan anak, untuk meningkatkan kemampuan komunikasi.
  • Berceritalah mengenai berbagai peristiwa yang sedang terjadi, apa saja yang terjadi di lingkungan sekitar. Saat berbicara mengenai rutinitas harian Anda, jelaskan apa yang Anda lakukan dan mengapa. Doronglah anak untuk bertanya untuk Anda jawab, atau bisa juga bantu dia untuk menjawabnya sendiri.
  • Perhatikan apa yang mereka suka lakukan, seperti hobi menggambar, melukis, atau menggunakan angka-angka. Bantu mereka mengembangkan kesukaan itu, dan cari tahu bagaimana mereka bisa mengikuti lomba di lingkungan sekitar atau di tingkat kota.
  • Bawa anak ke tempat-tempat dimana mereka bisa mempelajari hal baru, seperti pentas musik, museum atau galeri seni.
  • Cari anggota keluarga yang bisa menjadi mentor membantu anak mengembangkan bakat mereka.

Hal yang Harus Diwaspadai oleh Orang Tua
            Orang tua hendaknya waspada akan diri mereka apakah mereka memberikan respon sungguh terhadap kebutuhan anak ataukah hanya memberikan respon kepada bakat yang dimiliki anak. Tidak sedikit orang tua yang salah dalam hal ini yaitu adakalanya orang tua menyadari anak mereka berbakat lantas secara menggebu-gebu memaksa anakya mengikuti latihan-latihan dengan program yang sangat ketat. Dorongan seperti ini lambat laun akan membuat anak menyadari bahwa orang tua mereka lebih berminat pada bakat yang mereka miliki daripada memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan diri mereka selaku anak-anaknya.
            Karenanya para orang tua serta pendidik harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Dorongan, apalagi pemaksaan secara berlebihan pada anak dapat melunturkan motivasi anak untuk mengembangkan bakat mereka. Anak akan merasa tertekan, sakit hati, atau melakukan sesuatu hanya karena berharap memperoleh hadiah. Masa kecil mereka bahkan akan hilang sebagian.
  2. Pujian yang berlebihan pada anak-anak usia muda atau menjadikan anak sebagai figur publik secara terus menerus merupakan bentuk eksploitasi terhadap anak bahkan cendrung melunturkan semangat anak untuk mengeksplorasi bakat mereka lebih lanjut.
  3. Pujian yang berlebihan tanpa kendali emosi juga dapat membawa anak terbjebak ke dalam sikap lupa diri.
  4. Para orang tua yang memiliki anak-anak berbakat hendaknya jangan terlalu berharap bahwa anak-anak tersebut kelak akan menjadi kreator, inventor atau inovator. Seorang anak yang berbakat sebagai seorang dokter tidak harus menjadi penemu serum tertentu tetapi dapat menjadi pelayan kesehatan yang sangat baik bagi masyarakat.
Diposting oleh Unknown
Anak adalah amanah besar dari Allah SWT untuk diberikan bimbingan, arahan dan didikan oleh para orang tuanya.. Melalaikan pendidikan anak atau melakukan penyelewengan pendidikan anak dari manhaj yang telah ditentukan, berarti telah mengkhianati amanah yang diberikan Allah tersebut.

Sejak usia dini, anak memiliki potensi yang sangat besar. Menurut Prof. Dr. Utami Munandar, seorang pakar kreativitas Indonesia, kapasitas otak anak pada usia 6 bulan sudah mencapai sekitar 50 % dari keseluruhan potensi orang dewasa. Otak seorang anak ternyata sangat luar biasa. Pada masa ini, anak mengalami perkembangan intelektual otak yang sangat cepat.

Tingkat perkembangan intelektual otak anak, sejak lahir sampai usia 4 tahun mencapai 50%. Oleh karena itu, pada masa empat tahun pertama ini sering disebut juga sebagai Golden Age (Masa Keemasan), karena si anak mampu menyerap dengan cepat setiap rangsangan yang masuk. Si anak akan mampu menghafal banyak sekali informasi, seperti perbendaharaan kata, nada, bunyi-bunyian, dsb. Hingga usia 8 tahun, anak telah memiliki tingkat intelektual otak sekitar 80 %. Perkembangan intelektual otak ini relatif berhenti dan mencapai kesempurnaannya (100%) pada usia 18 tahun. Jadi setelah usia 18 tahun, intelektualitas otak tidal lagi mengalami perkembangan.
 
Oleh karena itu, jika para orang tua menyia-nyiakan kesempatan emas (Golden Age) pada masa kanak-kanak, berarti mereka telah kehilangan satu momen yang sangat baik untuk memberikan landasan bagi pendidikan anak selanjutnya. Salah satu kebiasaan buruk para orang tua adalah menenggelamkan si anak dalam buaian mereka pada usia 3 – 6 tahun, sehingga sebagian besar anak kehilangan kesempatan untuk mengasah potensi.

Pendidikan orang tua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas anak. Anak yang memiliki bakat tertentu, jika tidak diberikan rangsangan-rangsangan atau motivasi dari orang tua dan lingkungannya, tidak akan mampu memelihara, apalagi mengembangkan bakatnya. 
 
Berdasarkan sebuah penelitian, di sekolah ditemukan kurang lebih 40 % anak berbakat tidak mampu berprestasi setara dengan kapasitas yang sebenarnya dimiliki (Achir,1990). Akibatnya, sekalipun berkemampuan tinggi, banyak anak berbakat tergolong kurang berprestasi.

Untuk memberikan motivasi kepada anak berbakat, orang tua atau pendidik perlu melakukan penelaahan agar dapat mengenali ciri-ciri, kebutuhan dan kecenderungan si anak yang relatif berbeda dengan anak biasa. Setelah hal-hal tersebut diketahui, orang tua atau pendidik akan lebih mudah untuk menciptakan susana yang cocok bagi perkembangan bakat si anak.

Menurut Renzulli, keberbakatan meliputi tiga cluster ciri, yaitu kemampuan umum yang tergolong di atas rata-rata (above average ability), kreativitas yang kaya (creativity), dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).

Seorang anak berbakat biasanya mudah dikenali, karena berbeda dan memiliki kelebihan dibanding dengan anak-anak sebayanya. Anak yang memiliki kreativitas tinggi biasanya memiliki ciri-ciri : punya rasa ingin tahu yang besar, aktif dan giat bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan, selalu ingin meneliti sesuatu, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, berdedikasi yang tinggi dan aktif dalam menjalankan tugas, mempunyai daya imajinasi dan abstraksi yang baik, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri, dll.

Seorang berbakat, menurut Dr. Yaumil Agoes Achir, selain memiliki keunggulan intelektif juga memiliki keunggulan non intelektif. Pendekatan terhadap mereka yang berbakat yang terbatas pada intelektual belaka akan mengganggu keseimbangan perkembangannya. Kecerdasan emosional juga turut menentukan keberhasilan bakat seorang anak.
Keluarga adalah lingkungan yang paling banyak mempengaruhi kondisi psikologis dan spiritual anak. Di Jepang, misalnya, karena Jepang sangat memperhatikan pengembangan kreativitas anak melalui kebebasan dan pemupukan kepercayaan diri, kebangkitan kreativitas anak-anak di Jepang mengungguli anak-anak di Amerika dan Eropa (Awwad, 1995).
Menurut Prof. Dr. Utami Munandar, kondisi yang menunjang perkembangan kreativitas dan penuntun umum untuk mengembangkan kreativitas anak didik. Strategi yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas adalah 4 P, yaitu dilihat dari segi Pribadi, Pendorong, Proses dan Produk.

Kreativitas ditinjau dari segi pribadi menunjuk pada potensi atau daya kreatif yang ada pada setiap pribadi, anak maupun orang dewasa. Pada dasarnya, setiap orang memiliki bakat kreatif dengan derajat dan bidang yang berbeda-beda. Untuk dapat mengembangkan kreativitas anak atau kreativitas diri sendiri, pertama-tama kita perlu mengenal bakat kreatif pada anak (atau pada diri sendiri), menghargainya dan memberi kesempatan serta dorongan untuk mewujudkannya.

Agar kreativitas dapat berkembang memerlukan dorongan atau pendorong dari dalam sendiri dan dari luar. Pendorong yang datangnya dari diri sendiri, berupa haasrat dan motivasi yang kuat untuk berkreasi, sedangkan yang dari luar misalnya keluarga, sekolah dan lingkungan.

Sedangkan kreativitas sebagai suatu proses, dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk pemikiran dimana individu berusaha menemukan hubungan-hubungan yang baru untuk mendapatkan jawaban, metode atau cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah. Pada anak yang masih dalam proses pertumbuhan, kreativitas hendaknya mendapat perhatian dan jangan terlalu cepat mengharapkan “produk kreativitas” yang bermakna atau bermanfaat.
Hal yang lebih penting adalah menumbuhkan sikap senang dan berminat untuk bersibuk diri secara kreatif. Anak perlu berkreasi sekaligus berekreasi. Faktor bermain adalah penting dalam mengembangkan kreativitas, bahkan tidak hanya pada anak.

Suatu penelitian di Jakarta tentang sikap orang tua dalam pendidikan anak menyimpulkan bahwa orang tua kurang menghargai perkembangan dari ciri-ciri inisiatif, kemandirian dan kebebasan yang erat hubungannya dengan pengembangan kreativitas dan lebih mementingakan ciri-ciri kerajinan, disiplin dan kepatuhan.

Menghadapi anak yang berbakat dan kreatif, orang tua atau guru perlu mencari cara perlakuan yang khusus. Keunggulan seseorang tidak lahir secara tiba-tiba. Hal itu akan muncul pada anak yang memiliki daya imajinasi yang luas dan itu berjalan seiring dengan perkembangan fisik dan usia anak. Menurut Jaudah Muhammad Awwad, dalam bukunya Mendidik Anak secara Islam, kreativitas akan lebih jelas terlihat pada anak usia 9-12 tahun. Anak usia itu mulai mampu memahami siapa dirinya dan pandai menyikapi permasalahan di sekelilingnya. Dia akan senantiasa mencari pemecahan atas berbagai masalah yang dihadapinya.

Setelah kita mengetahui bagaimana potensi dan kemampuan intelektual otak anak, tentunya kita tinggal menyiapkan piranti lunak (soft ware) -nya berupa materi untuk mengisi sel-sel syaraf otak yang jumlahnya satu trilyun sel. Sejak dini anak harus diarahkan dan dididik agar dapat menjadi insan yang shaleh, berilmu dan bertakwa. Hal ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban orang tua terhadap Khaliknya.

Jika anak memperlihatkan potensi kuat dalam hapalan, maka anak dapat dibimbing untuk menghapal ayat-ayat Al Qur’an atau kisah-kisah para pejuang Islam. Tidak sedikit anak-anak muslim usia antara 4 – 12 tahun yang hapal seluruh Al Qur’an. Hal ini menunjukkan bila potensi anak digali dan dikembangkan, maka akan membuahkan hasil yang menakjubkan. Jika anak memiliki potensi dan bakat di bidang tertentu, bisa diberikan arahan sesuai dengan bidangnya tersebut, dengan catatan diarahkannya kepada hal-hal yang baik dan benar serta bermanfaat, sehingga di masa yang akan datang akan terwujud generasi umat yang islami sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As Sunnah.


Diposting oleh Unknown

Selasa, 29 November 2011

Ada kisah nih , tentang keluarga yang mempunyai anak  namanya Joel, pernah membuat kami panik karena baru bisa menyebut ‘mama’ pada saat ia berusia 2 tahun. Dan ketika anak-anak sebayanya telah bercas-cis cus ia hanya bisa berbicara dua kata dalam kalimat. Demikian pula ketika para temannya mulai menceritakan kisah yang mereka alami di sekolah, Joel masih kesulitan membentuk satu kalimat utuh.

Banyak factor yang mungkin menjadi penyebabnya, multi-lingual yang kami ajarkan, kurang social life karena kami tinggal di luar negeri, sulitnya beradaptasi dengan dengan komunitas yang multi-cultural, atau karena factor kelainan perkembangan.
Sebagai orang tua kami berusaha mencari jawabnnya dengan untuk membawa anak kami ke psikolog, pediatrician, bahkan ke speech therapy. Hati saya gelisah ketika melihat perkembangan anak saya selalu ketinggalan dari milestones developmental-nya. Bukankan setiap ibu pernah bermimpi mempunyai anak jenius yang bisa menyamai Albert Einstein? Keadaan lingkungan membuat saya semakin cemas, ketika melihat anak-anak sebayanya telah mahir melafalkan Alphabet dan berhitung 1-100 sementara ia belum bisa menghitung sampai sepuluh.

Kegelisahan saya menjadi berkurang bahkan membuat saya menjadi orang tua yang percaya diri dengan keunikan perkembangan anak saya, ketika kami terlibat dalam proses pembelajarannya. Tugas kami tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan tempat kursus kemudian menyiapkan lunch boxnya, tapi saya dan Nando turun tangan mengajari Joel. Bagi kami sekolah hanyalah tambahan sedangkan pendidikan utamanya adalah di rumah.

Dari cemas hati saya berubah menjadi takjub melihat keunikan dan kepandaian anak kami dalam belajar. Kesalahan saya yang utama adalah membanding-bandingkan anak saya dengan anak-anak lain. Saya juga membaca milestones yang dibuat oleh para pakar perkembangan anak dan memaksakan anak saya masuk ke standard tersebut. Apa yang tidak saya sadari adalah setiap anak adalah unik. Mereka belajar dengan cara yang unik. Sebagai orang tua kita tidak akan bisa menemukan keunikan anak kita tanpa terlibat langsung dalam mendidik mereka.

Saya dan Nando menemukan bahwa anak kami memilki cara belajar lain dari yang lain. Ketika para teman sebaya menghapal Alphabet, mengitung 1-10, belajar berbicara dari apa yang mereka dengar Joel melakukannya dengan cara yang berbeda. Kami hanya perlu menunjukkan sekilas bagaimana membangun lego yang rumit dan setelah melihat hasil akhirnya dengan cepat ia akan membangunnya dengan caranya sendiri. Ketika anak sebayanya belajar mengenal huruf dan melatih motorik halus dengan menulis huruf, Joel telah membuat huruf-huruf dari kertas yang digunting dan dilemnya sendiri. Dan ketika anak-anak belajar mengenal huruf dan mengeja, Joel telah menggambar karya komiknya, menciptakan karakter dan membuat dialog imajinasi. Ia melangkahi step by step yang harus dilewati anak-anak lain dengan melakukan yang sulit terlebih dahulu.

Proses berpikir anak kami, persis dengan yang di temukan para ahli anak masa kini sebagai cara berpikir visual spatial (Jika anak anda memiliki trait mirip dengan Joel, anda tentu ingin belajar lebih jauh tentang cara berpikir visual. Kunjungi websitenya di (www.visualspatial.org). Ciri utama dari anak-anak dengan cara berpikir ini adalah kemampuan mereka untuk mengvisualisasikan apa yang mereka pikirkan baik dalam bentuk gambar maupun, benda atau karya seni. Berbeda dengan mainstream anak-anak yang belajar dari yang gampang kemudian yang sulit mereka sebaliknya belajar sesuatu yang sulit tanpa melewati cara-cara yang gampang. Mereka belajar dengan memahami big pictures dan big ideas terlebih dahulu. Karya mereka pun selalu original dan out-of-the box.

Tanpa terlibat langsung dalam proses pembelajarannya tentu kami tidak akan pernah menemukan potensi dan keunikannya ini. Mungkin saya akan bergabung bersama dengan ibu-ibu cerewet yang suka marah-marah karena raport anak mereka yang selalu merah. Itulah mengapa saya sangat tertarik dengan homeschooling, dimana orang tua sebagai guru dan fasilitator utama bagi anak-anaknya.
Saya tahu banyak orang tua cemas seperti saya dulu yang terperangkap pada tuntutan social untuk menghasilkan anak-anak yang jenius. Banyak buku dan CD yang memakai merk Genius, IQ, EQ, Smart Baby, laku keras walaupun harganya mahal untuk memenuhi kebutuhan mental para orang tua ini. Berbagai kursus dan les pun diikuti tanpa observasi pada minat dan bakat anak tersebut terlebih dulu. Kalau mau jujur kepentingan siapalah yang sedang di kejar, kepentingan anak-anak atau kepentingan status social orang tua yang tentu bangga jika anak-anak mereka menjadi anak yang berprestasi?

Karena  ambisi para orang tua maka banyak potensi anak-anak tidak ditemukan. Dengan banyaknya kegiatan anak-anak mengakibatkan mereka tidak lagi focus pada potensi mereka yang sebenarnya. Hasilnya semua sama rata, tidak ada bakat yang menonjol. Pontensi-potensi ini akan tersembunyi di dalam diri anak-anak kita hingga mereka dewasa. Pengecualian mungkin terjadi beberapa anak yang tergolong gifted yang bakat-bakat mereka bersinar seperti matahari. Tapi pada umumnya potensi anak-anak yang tidak berkembang kemungkinan akan hilang percuma.

Peran orang tua sebenarnya adalah membantu anak-anaknya menemukan potensi mereka dan menyediakan fasilitas terbaik sebagai wadah mereka untuk mengembangkannya. Bagi kami tidak masalah jika anak-anak kami ingin menjadi pelukis atau penemu, guru atau insiyur, kami juga tidak perduli jika mereka  ingin menjadi pengusaha atau pendeta. Itu tidak penting. Semua itu telah di rancang oleh Tuhan. Jika mereka menemukan potensi tentu mereka akan menemukan cara untuk mencapai tujuan hidup mereka. ... Sekian
www.google.com

Diposting oleh Unknown

Minggu, 27 November 2011


Terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997 mengakibatkan terpuruknya kondisi ekonomi nasional. Keterpurukan ini merupakan tanda lemahnya fundamental ekonomi Indonesia. Penyebab lemahnya fundamental perekonomian Indonesia tersebut adalah sebagai berikut.

1.    Kualitas sumber daya manusia yang relatif rendah
2.    Masih banyaknya produk-produk
       yang di hasilkan dengan daya saing rendah
3.    Masih rendahnya tingkat penguasaan teknologi
4.    Terbatasnya fasilitas infrastruktur & birokrasi

Dengan kata lain masalah sumber daya manusia dan teknologi menjadi dua dimensi yang sangat penting dalam upayah memperkokoh fundamental perekonomian. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas tenaga kerja di perusahaan dengan memahami strategi sumber daya manusia meliputi hal berikut:

1.    Pengembangan Kemampuan
 Dimensi ini menelaah pengembangan kemampuan karyawan dan kemampuan manajer.

2.    Pengelolaan Prestasi
Dimensi ini merujuk pada upaya pengelolaan prestasi kerja karyawan. Hal ini sangat penting karena implementasi strategi bisnis memerlukan karyawan yang senantiasa diberi bimbingan, dukungan, otoritas, dan sumber-sumber yang dibutuhkan guna memenuhi rencana tindakan dantujuan perusahaan.

3.    Pengelolaan Fungsi SDM
Dimensi ini meninjau bagaimana pengelolaan fungsi sumber daya manusia yang meliputi peranaan layanan (service role), organisasi, dan penetapan staf dan pengembangannya.
Dalam rangka mengantisipasi upaya daya saing, masalah alih teknologi menjadi wancana penting, Kebijakan alih teknologi harus sejalan dengan strategi bisnis yang telah di tetapkan yang ditujukan untuk mendapat keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan dan dapat memperkuat posisi terhadap konsumen atau mengalokasikan sumber daya.
Ketiga hal tersebut di atas dinilai sangat dibutuhkan dalam rangka merumuskan dan menerapkan alih teknologi yang akan efektif jika SDM yang tersedia memenuhi kualitas yang layak dan berada dalam situasi kondusif untuk  mengmbangkan dirinya.
Kualitas sumber daya manusia sangat menentukan dinamika dan kelangsungan perusahaan dan upaya pencapaian tujuan termasuk keunggulan kinerja. Oleh karena itu, kesiapan sumber daya manusia penting untuk mencapai efisiensi. Hal tersebut sejalan dengan sasaran yang paling utama dari program pengembangan manajemen. yaitu untuk menaikkan kinerja masa depan dari perusahaan itu sendiri.
Usaha meningkatkan produktivitas dan kualitas tenaga kerja (SDM) perusahaan dapat disatukan dengan berbagai program pemerintah sebagai berikut.

1.    Menyiapkan tenaga ahli dan terampil dengan menyiapkan pendidikan formal bagi penduduk. Contoh melalui investasi-investasi:

a.    Wajib belajar Sembilan tahun,
b.    Mendirikan sekolah Menengah dan Kejuruan
c.    Merintis pendidikan kewirausahaan diperguruan tinggi dengan menyelenggarakan program studi   kewirausahaan sebagai mata kuliah sebab kemajuan suatu Negara lebih banyak ditentukan oleh kwantitas dan kwalitas pengusahanya dari pada oleh faktor-faktor lain seperti kekayaan alam

2.    Menyiapkan tenaga kerja yang mampu bekerja keras dan produktif dengan meningkatkan kesehatan melalui perbaikan gizi penduduk, memberikan jaminan social yang memadai dan menjamin kesehatan yang baik

3.    Mengadakan latihan-latihan atau job training bagi tenaga-tenaga kerja agar memiliki kemampuan kerja yang baik, melalui diklat-diklat, penataran, kursus-kursus atau loka karya

4.    Mengadakan penelitian-penelitian untuk memberikan keteranpilan kepada tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan agar dapat mengisi lowongan pekerjaan sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Melalui kursus-kursus keterampilan, baik yang dilakukan oleh pemerintah seperti Balai Latihan Kerja (BLK) maupun kursus-kursus keterampilan yang dilakukan oleh masyarakat seperti, kursus computer, mengetik, kursus akuntansi, dll. Melalui pelatihan di BLK calon-calon tenaga kerja maupun memenuhi syarat-syarat yang diminta oleh dunia usaha atau dapat menciptakan kesempatan kerja baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

5.    Pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negri untuk memperluas ilmu pengetahuan dan keterampilan serta menimba pengalaman kerja.
Diposting oleh Unknown

Sebuah survei menunjukkan bahwa salah satu sumber kegelisahan terbesar para siswa di Sekolah Menengah adalah soal pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Mereka bingung menentukan pilihan. Mereka ragu-ragu jurusan apa yang akan dipilihnya kelak. Bahkan konon, sumber stres terbesar para siswa yang mampu secara ekonomi untuk melanjutkan kuliah adalah pemilihan jurusan, bukan ujian akhir sekolah. Dalam sebuah survei, ratusan siswa Sekolah Menengah ditanya, “Apakah yakin akan lulus sekolah?” Mereka menjawab “Yakin!” Tanpa ragu mereka menyatakan kalau mereka pasti bisa lulus. Hasil uji coba (try out) yang mereka lakukan sendiri mengindikasikan kalau mereka memang akan bisa lulus. Akan tetapi saat ditanya, “Apa jurusan yang akan kamu pilih saat kuliah kelak?” Sebagian besar belum bisa menjawab. Hanya kurang dari 5% siswa yang sudah mampu menjawab dengan tegas dan penuh keyakinan. Selebihnya ragu-ragu menjawab atau bahkan tidak menjawab sama sekali.

Mengapa memilih jurusan bisa memberikan stres yang besar bagi para siswa, bahkan melebihi ujian akhir sekolah? Sebab, rupa-rupanya para siswa itu sadar benar kalau jurusan yang akan mereka ambil merupakan penentu masa depannya. Mereka tahu bahwa nama jurusan yang mereka tuliskan di formulir pendaftaran masuk Perguruan Tinggi akan menjadi jalan hidup mereka selanjutnya sampai tutup usia. Mereka menyadari bahwa memilih jurusan sama dengan memilih kehidupan, bukan hanya sekedar memilih tempat sekolah belaka. Mereka juga sadar benar, bahwa jika merasa salah jurusan setelah kuliah, maka biaya yang harus dipikulnya sangat besar: kuliah yang kurang berhasil, hati yang tidak bahagia, biaya yang terbuang sia-sia, dan waktu yang tak bisa digantikan. Syukur kalau masih bisa pindah jurusan; bagaimana kalau pindah jurusan tidak mungkin dilakukan karena sudah sedemikian besar biaya yang dikeluarkan?
Kebingungan dan keragu-raguan saat memilih jurusan pada umumnya bersumber dari tiga sebab. Pertama, kurang mengenal jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi dan prospektusnya. Sebagian besar siswa hanya mengenal sedikit saja jurusan-jurusan yang ada di Perguruan Tinggi. Mereka hanya tahu jurusan-jurusan yang paling populer saja. Akibatnya, pilihan yang bisa mereka buat pun sangat terbatas. Maklum, mereka tidak banyak tahu pilihan-pilihan yang tersedia bagi mereka. Lantas mereka pun kuatir berat karena mereka tahu bahwa saingan mereka tidak sedikit. “Wah jangan-jangan aku nggak bisa diterima nih. Saingannya banyak.” ujar mereka dalam cemas.

Kedua, mereka kurang mengenal diri mereka sendiri. Mereka tidak tahu apa yang cocok bagi mereka. Sebagian hanya ikut-ikutan teman, mengikuti saran orangtua, atau melihat tren, tanpa mereka tahu apa yang sebenarnya mereka inginkan sendiri. Alhasil mereka tertarik sana-sini tapi malah jadi kebingungan. Itu persis sama dengan ketika berencana untuk membeli baju dan pergi ke mall, tapi sampai di Mall malah jadi bingung sendiri karena bajunya bagus-bagus dan tertarik dengan semuanya. Alhasil mereka tidak tahu mana jurusan-jurusan yang sesuai untuk diri mereka. Di sisi lain, mereka berpacu dengan waktu. Mau tidak mau mereka harus menentukan pilihan. Tak heran jika mereka sangat digelisahkan oleh hal tersebut.
Ketiga, kekuatiran terhadap kemampuan ekonomi keluarga menyokong biaya saat kuliah. Hal ini banyak dialami oleh mereka yang berasal dari kalangan keluarga yang kondisi ekonominya menengah ke bawah. Pilihan mereka terbatas karena jurusan yang diambilnya harus yang tidak berbiaya mahal. Padahal, beberapa jurusan diketahui memerlukan biaya besar. So, mereka tidak bisa memilih jurusan-jurusan mahal. Bahkan, sebagian besar  siswa di Indonesia tidak tahu apakah mereka bisa kuliah atau tidak.  Sangat banyak siswa yang  saat hampir lulus diajak bicara khusus oleh orangtuanya hanya untuk diberitahu, “Nak, kami tidak bisa menguliahkanmu. Kami tidak punya biaya.” Jadi kamu adalah orang-orang yang sangat beruntung jika orangtuamu bisa menjamin kamu kuliah. Ingatlah bahwa sebagian besar siswa yang lulus Sekolah Menengah di Indonesia tidak bisa kuliah karena tidak ada biaya.

PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN YANG UMUM
DIAMBIL SAAT MEMILIH JURUSAN
Tahu atau tidak tahu ragam jenis jurusan-jurusan yang ada berikut prospektusnya (peluang karirnya); paham atau tidak paham dengan dirinya; pada akhirnya semua orang yang akan kuliah mesti memilih jurusannya. Berikut adalah pertimbangan-pertimbangan yang umumnya diambil ketika memilih jurusan:

1.      Teman
Cukup banyak orang  yang memilih jurusannya karena teman baiknya memilih jurusan itu. “Tergantung pilihan Ika, Ma!” jawab Novi saat ditanya Mamanya jurusan apa yang akan dipilih kelak ketika kuliah. Terang saja Mamanya Novi kaget. Ketika diselusur lebih jauh, ketahuanlah kalau Novi merasa kuatir kelak harus menjalin pertemanan baru dengan orang-orang yang sama sekali asing. Jadi, Novi merasa lebih aman dan nyaman jika kuliah satu jurusan dengan teman terbaiknya di SMA karena berarti sudah punya teman saat masuk kuliah.
Nah, apakah kamu berpikir seperti Novi? Faktanya banyak sekali orang yang berpikir seperti Novi. Satu-satunya alasan mereka memilih sebuah jurusan adalah karena teman baiknya memilih jurusan itu. Sebagian berkelit beralasan demi solidaritas dengan teman. Salah. Bukan itu alasan sebenarnya. Yang sesungguhnya, mereka cari rasa aman. Langkah tersebut dilakukan sebagai antisipasi agar  mengurangi stres saat masuk kuliah di tempat baru. Adanya teman di tempat baru akan membuat mereka lebih percaya diri; kecemasan mereka berkurang.

2.      Hanya tahu informasi jurusan tertentu
Sebagian orang memilih jurusan karena hanya tahu informasi jurusan itu. Faktanya, sebagian besar siswa hanya mengenal jurusan-jurusan melalui profesi-profesi yang pernah didengar atau ditemuinya, seperti Kedokteran dan Keperawatan (karena dokter dan perawat biasa ditemui di Rumah Sakit), Hukum (karena pengacara sering muncul di media massa), dan seterusnya. Tidak sedikit pula yang tahu jurusan-jurusan di Perguruan Tinggi karena terkait dengan profesi orangtua mereka.  Bukan hal aneh bila anak-anak mengikuti jurusan yang dulunya dipilih oleh orangtua. Sebagai misal Eka dan Dido. Eka berniat masuk jurusan psikologi karena ibunya adalah seorang psikolog. Dido pun berniat masuk jurusan akuntansi karena ayahnya dulu kuliah di akuntansi. Tidak heran jika sebagian besar siswa hanya mampu menyebutkan tidak lebih dari 20 jurusan di Perguruan Tinggi. Padahal, jurusan di Perguruan Tinggi sangat beragam. Ada ratusan jurusan yang tersedia yang bisa dipilih.
Jika hanya tahu 20 jurusan, lalu bagaimana dengan 80% sisanya? Mengapa mereka tidak tahu? Sederhana saja, karena mereka tidak mau tahu. Maklum, jurusan-jurusan itu bukanlah jurusan-jurusan yang familiar. Dalam bahasa gaul, “bukan jurusan beken.” Oleh karena kurang beken, maka mereka pun tidak tertarik untuk mencari informasi lebih lanjut. Akibatnya, mereka pun tidak tahu apa-apa. Ujung-ujungnya jurusan-jurusan yang kurang beken itu pun terlupakan. Padahal, jurusan-jurusan yang sering dianggap kurang beken justru seringkali merupakan jurusan yang paling prospektif di masa depan. Mereka hanya tidak tahu.

3.      Pertimbangan kemudahan
Alasan lain yang juga banyak dipertimbangkan oleh banyak siswa ketika memilih jurusan adalah kegampangan kuliah. Ukuran yang digunakan adalah pelajaran “berat” saat SMA, seperti matematika, fisika, atau kimia. Mereka mengira bahwa jurusan-jurusan yang tidak ada pelajaran “berat”nya akan menjanjikan kemudahan. Jadilah mereka memilih jurusan-jurusan tanpa pelajaran berat itu. Inilah yang sering dijadikan pertimbangan ketika masuk jurusan-jurusan sosial. “Nggak ada matematikannya!” tutur Edo mantap ketika memilih jurusan Sastra Inggris.
4.      Pertimbangan finansial
Kuliah memerlukan biaya. Namanya biaya mempunyai sumber. Umumnya sumber biaya kuliah adalah orangtua. Oleh karena itu, mau tidak mau pilihan jurusan yang diambil disesuaikan dengan kondisi ekonomi orangtua. Banyak siswa yang tidak bisa memilih jurusan yang diincarnya gara-gara secara finansial mereka tidak sanggup. Maklum, sebagian jurusan memerlukan biaya kuliah lebih mahal di bandingkan jurusan lainnya. Oleh sebab itu, banyak siswa yang memilih jurusan-jurusan yang berbiaya murah plus murah juga dalam biaya hidup.

5.      Pertimbangan karir dan prospek ekonomi di masa depan
“Aku pengin jadi pengacara. Bayarannya besar.  Bisa terkenal. Kalau ada apa-apa pasti polisi nggak berani berbuat macam-macam,” tutur Bayu saat di tanya mengapa dia memilih jurusan hukum. Tika lain lagi, “Aku milih farmasi karena bayarannya gede. Langka. Gampang dapat kerjanya.” Begitupun dengan Edo, “Akuntansi dong, biar kerja di bank yang duitnya gede.”
Begitulah yang banyak dilakukan orang ketika memilih jurusan, yakni mempertimbangkan karir di masa depan. Mereka meraba-raba prospek karir masa depan dari setiap jurusan. Akibatnya ada jurusan-jurusan yang dianggap basah karena menjanjikan karir yang bagus setelah lulus, tapi ada juga jurusan-jurusan yang dianggap kering karena tidak jelas menjanjikan karir seperti apa usai lulus kuliah. Jurusan-jurusan yang dianggap favorit biasanya adalah jurusan yang dipandang memberikan janji karir menggiurkan, terutama secara finansial. Bahkan ada banyak orang yang sengaja datang ke psikolog bukan untuk tahu potensi terbesarnya, tapi hanya untuk bertanya, “Apa ya jurusan-jurusan yang paling banyak menghasilkan uang setelah kelak lulus?”

6.      Pertimbangan  cinta
Mirip dengan faktor teman, faktor asmara rupanya kerap menjadi pertimbangan seseorang memilih jurusan. Banyak orang yang memilih sebuah jurusan karena orang yang dicintainya (pacarnya) memilih jurusan itu atau menyarankan jurusan itu, atau jurusan itu ada di Fakultas yang sama dengan pilihan atau tempat kuliah pacar. Padahal, fakta membuktikan kalau pacar saat SMP atau saat SMA sangat jarang yang bisa berlanjut hingga menikah. Sebagian besar putus di tengah jalan. Masalahnya, saat jatuh cinta, mana mereka mau tahu dengan kenyataan itu. Mereka yang sedang kasmaran hanya bisa memikirkan bagaimana caranya agar dekat-dekat dengan pacarnya; seterusnya, selamanya.

7.      Pertimbangan orangtua
Orangtua seringkali dominan dalam menentukan jurusan yang dipilih anaknya. Selera orangtua yang menentukan jurusan yang diambil anaknya. Pada sebagian kasus, biasanya orangtua menghendaki anaknya masuk jurusan yang sama dengan dirinya dulu sewaktu kuliah. Orangtua yang dokter menginginkan anaknya masuk kedokteran. Orangtua yang pengacara menginginkan anaknya masuk jurusan hukum. Orangtua yang arsitek ingin anaknya masuk arsitek juga. Kabar baiknya, jika orangtua benar-benar merasa cocok dan pas di sebuah jurusan dan mengharapkan anaknya mengikuti jejaknya, ada kemungkinan si anak akan berhasil. Mengapa? Kamu pasti tahu dengan pepatah, “Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga.” Artinya, biasanya bakat, minat dan kepribadian anak tidak jauh-jauh dari orangtuanya. Jadi, apa yang cocok dengan orangtua seringkali juga cocok untuk anaknya. Masalahnya, tidak semua anak mirip orangtuanya. Antara anak dan orangtua sering terdapat perbedaan karakter yang cukup jauh. Jadi, jurusan yang cocok untuk orangtua tidak selalu cocok untuk anaknya.
Pertimbangan berat orangtua memilihkan jurusan untuk anaknya biasanya berkutat di persoalan prospek karir di masa depan. Mereka jeli melihat karir-karir yang sekiranya bakal memberikan jaminan karir bagus untuk anaknya. Jadi, sang anak pun diminta memilih jurusan-jurusan itu. Sebab, bagaimanapun namanya orangtua selalu menginginkan anaknya memiliki kehidupan yang berhasil.  Mereka cemas jika anaknya kelak tidak memiliki kehidupan yang sukses. Mereka takut hidup anaknya terlunta-lunta. Mereka ingin anaknya hidup berkecukupan. Para orangtua biasanya berprinsip: “Tidak apa-apa kami hidup susah demi anak. Yang penting anak-anak kami kuliah di tempat bagus agar kelak memiliki kehidupan lebih baik ketimbang kami.” Nah, mengerti bukan, mengapa para orangtua ingin agar anaknya mengambil jurusan yang lebih memberikan prospek karir cerah di masa depan?

8.      Perlawanan atau kemandirian
Sebagian orang memilih jurusan dengan tujuan untuk melakukan perlawanan terhadap orangtua. Mereka sengaja memilih jurusan yang tidak dikehendaki orangtua dan kuliah di Perguruan Tinggi yang juga tidak diinginkan orangtua. Mereka ingin menunjukkan kemandiriannya. Apabila kemudian orangtua justru mendukung pilihan jurusannya, mereka justru beralih minat ke jurusan lainnya. Mereka berprinsip: “Jurusan apapun bagus untukku, asalkan bukan jurusan yang dimaui orangtuaku.” Jadi, pertimbangan mereka semata-mata agar bertentangan dengan kehendak orangtua. Biasanya, hal tersebut terjadi pada orang-orang yang bermasalah dengan orangtuanya dan menuduh orangtua sebagai sumber dari semua masalahnya. Mereka pun menentang orangtua habis-habisan. Dengan gagah mereka memproklamasikan diri untuk tidak mengikuti apa pun kemauan atau pertimbangan orangtua. Mereka bilang: “Ini hidupku. Jangan campuri!”
9.      Ketertarikan sesaat
Suatu ketika, serombongan mahasiswa dari jurusan X dari sebuah Universitas datang ke sekolah. Mereka menceritakan berbagai macam tentang jurusan itu; cara masuknya, hal-hal yang menarik dari sana, hingga prospek kerjanya di masa depan. Pada saat kelulusan, puluhan siswa di sekolah itu berbondong-bondong mendaftar di jurusan X. Dari sisi para mahasiswa yang berorasi itu, fenomena berbondong-bondongnya siswa mendaftar merupakan keberhasilan misi. Pertanyaannya: apa yang terjadi dengan para siswa itu? Jawabnya simpel: mereka tergoda.
Agak sedikit mengejutkan bahwa pertimbangan memilih jurusan yang sedemikian krusial itu ternyata hanya berlandaskan rasa ketergodaan sesaat. Proses psikologis yang mendasarinya tidak jauh berbeda dengan penjual baju yang menggembor-gemborkan kehebatan suatu produk, lantas kamu tertarik dan membelinya.  Saat ada penjual lain yang lebih hebat dalam merayu, kamu pun tertarik lagi dan kembali membelinya. Ketika datang penjual lainnya dengan gaya membujuk yang lebih canggih, lagi-lagi kamu membelinya.
Sumber ketergodaan tidak melulu orasi langsung dari seseorang yang berasal dari jurusan. Lebih sering, ketergodaan itu datang dari bacaan-bacaan. Membaca buku X tentang kisah jurusan Y, dia tertarik jurusan Y. Membaca kisah orang berhasil dari jurusan  K, dia tertarik jurusan K. Demikian seterusnya. Jurusan yang paling menimbulkan rasa tergoda terdalam adalah jurusan yang akan diambil.
Terkadang, ketergodaan sesaat itu memang tidak membawa efek negatif karena ternyata jurusan itu yang memang paling pas untuk dirinya. Akan tetapi, sering juga kurang pas karena sebenarnya itu bukan jurusan yang sesuai untuknya.

10. Pertimbangan kecocokan
Pertimbangan berikutnya adalah pertimbangan kecocokan pribadi;  baik dari sisi minat, nilai-nilai pribadi, bakat, kepribadian maupun latar belakang keluarga. Mula-mula dicari tahu profil pribadinya seperti apa. Lantas, dipilihlah jurusan terbaik berdasarkan karakter pribadinya itu, plus disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan diri yang dikombinasi dengan pertimbangan prospek karir. Bimbingan karir semacam itulah yang biasanya dilakukan oleh para konselor karir.
Diposting oleh Unknown